Sabtu, 30 Juli 2011

MOtivasi,Pengetahuan dan Budaya “ Ramadhan Hanyalah Bulan Untuk PELATIHAN ”

Sabtu, 30 Juli 2011
 
Sobat blogger yang budiman mohon isi blog ini anda baca dengan hati yang bersih,pikiran Netral, batin yang bening tanpa di dasari dengan emosi dan sikap fanatis yang berlebihan . Kepada seluruh saudara-saudaraku khususnya bagi yang muslim, saya mengucapkan selamat datang bulan suci Ramadhan, dan selamat menunaikan segala aktifitas khusus bulan Ramadhan. Mohon maaf atas segala kekhilafan yang dapat saya sadari maupun yang tidak saya sadari selama ini.     

            Tulisan ini dalam rangka usaha saya untuk selalu bercermin lebih kedalam diri menegur terhadap kesalahan serta kekhilafan yang pernah saya lakukan. Semua ini saya lakukan, karena saya pribadi selalu saja merasa bodoh yang teramat sangat. Semakin banyak belajar malah semakin banyak yang tidak saya ketahui dan saya fahami. Mohon kiranya masukan dan saran pemikiran dari anda sobat blogger yang  budiman untuk memberikan saran, tanggapan dan tentu saja kritikan yang membangun bagi diri saya pribadi khusunya mungkin juga bisa bermanfaat bagi pembaca lain umumnya Dan semoga bukan cacian atau kata -  kata kotor  yang datang sehingga bisa menimbulkan perpecacahan / kesalahfahaman pada kita sesama makhluk Tuhan Y.M.E.

            Bulan Ramadhan adalah bulan yang suci yang di penuhi keberkahan oleh sebab itu untuk menyambut bulan suci ini   kita semua disibukkan dengan beberapa persiapan persiapan mulai dari persiapan lahir maupun batin diantaranya adalah Persiapan mental, Persiapan Spiritual, Persiapan Akal Fikiran dan Persiapan Fisik disertai materi Yang mana persiapan – persiapan tersebut hanya di persiapakan ketika hanya memasuki bulan ramadhan saja padahal masih ada 11 bulan lagi terus apa persiapan kita untuk memasuki bulan – bulan lain setelah Bulan ramadhan Usai ?....

            Sobat blogger yang budiman Umat muslim memiliki jadwal untuk memusatkan pelatihan diri selama sebulan. Hanya satu bulan dalam setahun. Yakni pada bulan suci Ramadhan yang pada hakekatnya adalah saat di mana menjadi konsentrasi pelatihan diri selama bulan. Dengan KESADARAN bahwa bulan suci hanyalah sebagai pemusatan PELATIHAN DIRI DALAM BERIBADAH, justru akan bermanfaat besar menjadikan sikap kita semakin ELING lan WASPADA ( selalu ingat dan berhati – hati ) bahwa beribadah yang sesungguhnya  adalah dalam praktek kehidupan sehari-hari setelah bulan suci Ramadhan telah berlalu.
Boleh saja
kita berasumsi bahwa bulan suci merupakan puncak ibadah. Namun kenyataannya asumsi itu banyak membuat umat jadi TERLENA. Setelah bulan suci usai, ibarat seorang napi yang baru saja lepas dari penjara. Berbaur dalam kehidupan masyarakat, menjalani “laku” perbuatan sehari-hari dengan cara menggasak sana-sini apapun yang ditemui dan diingininya. Hanya karena sikap mentang-mentang merasa sudah bukan bulan suci lagi, lantas dianggapnya tidak lagi menjadi sakral. Kembali mengumbar hawa nafsu golek menange dewe , golek butuhe dewe, golek benere dewe (Bertingkah laku semaunya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar)                                         
            Bagi saya pribadi, bulan puasa tidak lain sebagai pemusatan pelatihan diri. Kebetulan saya orang Jawa dan ingat betul dalam kebudayaan jawa tentang cerita pewayangan dengan salah satu cerita tentang Lakon Gathotkaca yang ingin menemukan jati diri harus melewati “tapa brata” dengan tapa kungkum direndam di dalam panasnya kawah candradimuka terlebih dahulu. Sang Gathotkaca tidak pernah BERHARAP PAHALA dan MASUK SYURGA manakala menjalani tapa kungkum (berendam diri dalam air) di dalam kawah candradimuka yang mendidih itu. Apa yang ia harapkan hanyalah mencapai kesadaran diri yang tinggi. Kesadaran yang tinggi diperlukan sebagai BEKAL dalam menjalani perBERIBADATan yang sesungguhnya. Yakni menjalani kehidupan habluminannas setelah bulan suci usai. Mempraktekan hasil latihan dan gemblengan selama sebulan merupakan hal yang lebih utama. Tanpa adanya keberhasilan dalam mempraktekan hasil latihan dalam kehidupan sehari-hari selama setahun, apa yang dicapai selama sebulan dalm bulan suci  hanyalah sia-sia belaka dan kerugianlah yang kita dapatkan, semoga saya dan sobat blogger BUKAN termasuk orang yang seperti itu yaitu orang yang lalai akan tugas yang sebenarnya dalam menjalani kehidupan. .
           
            Sobat blogger yang budiman marilah kita berfikir sejenak untuk berlogika dan mengkonsep cara berfikir yang sangat ideal, manakala berfikir bahwa Habluminannas atau berhubungan sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Allah S.W.T beserta seluruh alam semesta ini merupakan JEMBATAN utama menuju Habluminallah. Sang Gatotkaca tidak tekecoh oleh mind set dibalik, bahwa habluminallah sebagai sarana mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Umat yang merasa sudah berhasil mengumpulkan pahala yang banyak sehingga membuat lupa diri, timbul sikap mentang-mentang gemar melecehkan dan menuduh orang lain sebagai kafir dan fasikun. Kesombongan itu hanya karena dirinya sudah merasa mendapatkan malam lailatul qadar sebanyak 1 kali (1000 bulan Al Qadar : 1-5)  yang kurang lebih diumpamakan sebagai sholat selama 85 tahun. Angka pahala itu tentu sudah lebih dari cukup, malah sisa banyak sekali jika dibanding umur manusia. Yah, sang Gathotkaca merasa logika demikian sebagai sebuah kejahiliahan tersembunyi dan sangat halus, sehingga membuat sang Gathotkaca sadar diri perlu merubah mind set yang aneh itu agar tidak keblinger tentang adnya pahala tersebut dan  bisa menjadikan dirinya merasa sudah baik dan benar dalam beribadah.

            Kegiatan di bulan suci ramadhan bukanlah klimaksnya rangkaian “peribadatan” selama 11 bulan sebelumnya. Sebaliknya, bulan Puasa merupakan PERSIAPAN diri menuju garis start (starting point). Preparing to the starting point. Going to the real game. Sebaliknya di mana sebagian orang menganggap bulan ramadhan sebagai PEMUNCAK segala “peribadatan”. Mind set itu akan beresiko besar membuat diri menjadi lupa, bahwa perjuangan yang sesungguhnya baru akan dimulai. Adalah sebuah teori Gossen di mana setelah klimaks pasti akan terjadi anti klimaks. Klimaks merupakan posisi di mana nilai kepuasan mencapai titik jenuh. Yang kemudian nilai kepuasan akan meluncur ke bawah bagaikan roller coaster sebagai gerak anti klimaks menuju kehambaran dan kehampaan lagi sehingga kita hanya beribadah dengan sungguh hanya pada bulan Ramadhan Saja padahal untuk mencapai peribadatan yang sesungguhnya adalah setelah bulan Suci Ramadhan.
                              .
            Siapa pun orangnya yang merasa sukses menjalani gemblengan selama bulan puasa, perasaan itu hanyalah sekedar penilaian subyektif terhadap diri sendiri. Bahkan saya menawarkan cara paling sederhana mengukur tingkat keberhasilan anda menjalani ibadah bulan suci ramadhan. Timbanglah berat badan anda pada saat memasuki bulan ramadhan. Setelah itu, timbanglah lagi pada saat sore hari setelah lebaran hari raya Iedul Fitri. Jika berat badan anda mengalami kenaikan, hendaknya tidak perlu GR bahwa diri telah siiip dan sukses menjalani gemblengan diri di bulan suci. Apakah mayoritas umat Islam di Indonesia sukses menjalani ibadah di bulan suci ? Saya sangat meragukan..! Coba anda kontemplasi sejenak, bukankah harga sembako melambung tinggi setiap memasuki bulan suci Ramadhan dari tahun ke tahun, bahkan mengalami kenaikan harga hingga 50%. Hebat ! Artinya apa semua itu ? masyarakat yang sedang menjalani ibadah puasa, justru melakukan stokisasi, penumpukan cadangan sembako, bahkan sampai mengada-ada melebihi kebutuhan normal sehari-hari pada bulan-bulan biasa. Tiak hanya itu saja, pelaku puasa menuntut menu konsumsi makanan yang jauh lebih mewah dibanding hari-hari biasa. Sehingga permintaan kebutuhan sembako meningkat tajam, sementara jumlah barang tetap atau jika ada tambahan stok pun tidak signifikan dengan kenaikan permintaan barang-barang sembako, sehingga mengakibatkan lonjakan harga yang relatif besar.

Apakah dengan kondisi demikian, anda masih tidak merasa malu mengatakan,”….kita baru prihatin, kita sedang latihan mengendalikan nafsu, kita sedang menjalani ibadah suci !!. Apakah kesucian identik dengan pemborosan dan kemewahan yang berlebihan ? Marilah kita rubah MIND SET “hebat” tersebut dengan meningkatkan kesadaran jati diri, eling dan waspada. Mungkin fenomena itu merupakan gambaran perilaku massal sok suci, sok soleh solikhah yang menjangkiti umat tanpa disadari. Adalah kenyataan, bahwa bulan ramadhan merupakan bulan berpesta, bahkan seolah bulan di mana umat mendapat legitimasi untuk berbuat secara berlebihan
dan bertindak semaunya. Sobat blogger, marilah kita belajar bisa merasakan bukan merasa bisa sehingga kita bisa saling mengingatkan kesalahan serta kekhilafan yang kita lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja. Tidak ada gading yang tak retak dan tidak ada manusia yang sempurna, semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan motivasi bagi saya khususnya dan bagi Sobat blogger umumnya apabila ada kata – kata yang kurang berkenan mohon maaf karena kesalahan datangnya dari SAYA dan Kebenaran datang dari ALLAH S.W.T
“Salam Dari Hati Ke Hati”

Tulisan ini saya sadur dari blog teman :



Related Posts



 

.....::: Arsip Blog :::.....

LINK SOBAT BOLGGER

...::: LINK MOTIVASI :::...

.....:::LINK Q:::.....

.....::: Komentar Terakhir :::.....

.....::: ABSEN DULU :::.....



.....::: SOBAT FACEBOOK :::.....

.....::: Sobat Blogger :::.....

Copyright © Motivasi, Pengetahuan & Budaya | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog